Menu
Kontak
Pencarian
Property
Property JualProperty Sewa?

Flat House Menteng: Hunian Inovatif untuk Kelas Menengah di Jantung Jakarta

flat house menteng
11 Juli 2025 / Oleh : Rumah Syariah Bogor Kat : Artikel /

Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia, terus menghadapi tantangan besar dalam menyediakan hunian yang terjangkau, terutama bagi kelas menengah. Di tengah melambungnya harga properti dan terbatasnya lahan di pusat kota, muncul sebuah solusi kreatif yang mengubah cara pandang kita tentang kepemilikan rumah: flat house Menteng. Proyek ini bukan sekadar hunian biasa, melainkan wujud nyata dari inovasi kolektif yang berbasis koperasi. Dalam artikel ini, kita akan menyelami studi kasus flat house di Menteng, Jakarta Pusat—mulai dari konsepnya yang unik, desainnya yang cerdas, hingga potensi serta tantangannya sebagai alternatif hunian modern.

Mengapa Flat House Menteng Istimewa?

Flat house Menteng adalah proyek perumahan yang lahir dari gagasan untuk membuat hunian terjangkau di kawasan elit tanpa bergantung pada pengembang besar. Dikelola oleh Koperasi Serba Usaha Flat Menteng, proyek ini melibatkan warga kelas menengah secara langsung dalam proses pendanaan, pembangunan, dan pengelolaan. Bayangkan: sebuah hunian vertikal di Menteng, salah satu daerah paling prestisius di Jakarta, dengan harga unit mulai dari Rp380 juta hingga di bawah Rp1 miliar untuk luas sekitar 50 meter persegi. Ini adalah angin segar bagi mereka yang mendambakan tinggal di pusat kota tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.

Lokasinya yang strategis—hanya 15 menit berjalan kaki dari Bundaran HI dan dekat dengan MRT, KRL, serta TransJakarta—menjadikan flat house Menteng lebih dari sekadar tempat tinggal. Ini adalah gaya hidup urban yang praktis dan berkelanjutan. Diprakarsai oleh arsitek dan pegiat urban Marco Kusumawijaya, proyek ini mengusung konsep co-housing, sebuah pendekatan yang memadukan privasi hunian pribadi dengan kebersamaan komunitas.

flat house menteng

(Dok. Rujak Center for Urban Studies) by kompas.com

Sistem Kepemilikan yang Beda dari Biasa

Salah satu daya tarik utama flat house Menteng adalah sistem kepemilikannya yang tidak konvensional. Berbeda dengan kepemilikan individu seperti Sertifikat Hak Milik (SHM) atau hak penggunaan lahan seperti Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB), flat house mengadopsi model kolektif berbasis koperasi. Dalam kasus ini, tanah seluas 280 meter persegi dimiliki oleh Marco Kusumawijaya dan disewakan kepada koperasi dengan biaya tahunan sekitar Rp90 juta, yang kemudian dibagi rata di antara penghuni berdasarkan proporsi unit mereka.

Penghuni membeli unit hunian (bangunan) dengan harga berkisar antara Rp200 juta hingga Rp800 juta, tergantung ukuran unit yang bervariasi dari 40 hingga 90 meter persegi. Namun, kepemilikan tanah tetap dipegang secara kolektif oleh koperasi. Sistem ini memungkinkan biaya lebih rendah dibandingkan membeli properti dengan SHM di Menteng, sekaligus mendorong penghuni untuk berkolaborasi dalam pengelolaan fasilitas bersama. Meski unik, pendekatan ini mungkin memerlukan waktu bagi masyarakat untuk memahami dan menerimanya sepenuhnya.

Inspirasi Global, Solusi Lokal

Flat house Menteng bukanlah konsep yang sepenuhnya orisinal. Ia mengambil inspirasi dari model co-housing yang sudah populer di negara seperti Amerika Serikat dan Singapura. Di AS, co-housing dikenal sebagai cara membangun komunitas dengan menyediakan ruang pribadi sekaligus fasilitas bersama seperti dapur atau taman komunal. Di Singapura, konsep serupa terlihat pada perumahan publik HDB yang efisien dan terjangkau. Flat house Menteng mengadaptasi ide-ide ini ke dalam konteks Jakarta, menawarkan solusi konkret untuk krisis perumahan kelas menengah di tengah kepadatan ibu kota.

Desain Cerdas untuk Kehidupan Modern

Secara arsitektur, flat house Menteng dirancang dengan pendekatan yang efisien namun tetap nyaman. Bangunan ini terdiri dari empat lantai, dengan unit hunian berukuran 40-90 m² yang dilengkapi 1-2 kamar tidur—ideal untuk individu, pasangan muda, atau keluarga kecil. Lantai dasar dimanfaatkan sebagai ruang mixed-use, mencakup toko buku seluas 15 m² dan kantor Rujak Center for Urban Studies seluas 80 m², menambah nilai fungsional bangunan.

Fasilitas pendukung lainnya juga patut diperhitungkan:

  • Dumbwaiter untuk memudahkan pengangkutan barang antar lantai.
  • Tangga dengan tinggi maksimal 18 cm, dirancang untuk kenyamanan dan aksesibilitas.
  • Balkon di beberapa unit untuk sirkulasi udara dan estetika.
  • Taman kecil di sekitar bangunan sebagai ruang hijau mini.

Desain ini tidak hanya praktis, tetapi juga mendukung gaya hidup urban yang minim ketergantungan pada mobil pribadi. Dengan akses mudah ke transportasi publik, penghuni dapat menikmati mobilitas tinggi tanpa menambah kemacetan Jakarta.

Flat House vs Rusun: Apa Bedanya?

Sekilas, flat house Menteng mungkin terlihat mirip dengan rumah susun (rusun) yang juga merupakan hunian vertikal. Namun, ada perbedaan mendasar. Rusun biasanya ditujukan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), dikelola oleh pemerintah atau BUMN, dan sering kali disubsidi. Sebaliknya, flat house Menteng menyasar kelas menengah dengan pendekatan kepemilikan kolektif yang lebih mandiri. Desainnya pun lebih modern dan fasilitasnya lebih lengkap, mencerminkan kebutuhan komunitas co-housing yang dinamis.

Keunggulan Lokasi yang Tak Tertandingi

Lokasi adalah salah satu nilai jual utama flat house Menteng. Berada di jantung Jakarta Pusat, hunian ini menawarkan akses tak tertandingi ke berbagai fasilitas publik:

  • 15 menit jalan kaki ke Bundaran HI, pusat bisnis dan ikon kota.
  • Dekat dengan stasiun MRT, KRL, dan halte TransJakarta, memudahkan perjalanan tanpa kendaraan pribadi.
  • Berada di Menteng, kawasan yang dikenal dengan suasana hijau, kediaman elit, dan nilai historisnya.

Keunggulan ini menjadikan flat house Menteng pilihan ideal bagi mereka yang bekerja di pusat kota atau ingin menikmati gaya hidup urban tanpa repot.

Tantangan yang Perlu Dihadapi

Meski inovatif, flat house Menteng tidak luput dari tantangan. Harganya yang terjangkau untuk standar Menteng—mulai dari Rp380 juta—tetap sulit dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Proyek ini lebih cocok untuk kelas menengah yang telah memiliki tabungan atau penghasilan stabil selama beberapa tahun. Selain itu, sistem kepemilikan kolektif berbasis koperasi bisa menjadi hambatan bagi mereka yang lebih familiar dengan kepemilikan individu tradisional.

Dampak Sosial dan Lingkungan

Lebih dari sekadar hunian, flat house Menteng membawa dampak positif yang lebih luas. Konsep co-housing mendorong interaksi antarpenghuni, menciptakan rasa kebersamaan yang jarang ditemukan di hunian kota besar. Dari sisi lingkungan, kedekatannya dengan transportasi publik mengurangi kebutuhan akan kendaraan pribadi, sehingga membantu menekan emisi karbon dan kemacetan—dua masalah kronis di Jakarta.

Masa Depan Flat House di Jakarta

Keberhasilan flat house Menteng membuka peluang untuk replikasi di lokasi lain, seperti Matraman dan Pancoran, yang kabarnya sedang dalam tahap perencanaan. Jika didukung oleh regulasi pemerintah dan minat masyarakat, konsep ini bisa menjadi jawaban atas kebutuhan hunian terjangkau di kota-kota besar Indonesia. Namun, edukasi tentang kepemilikan kolektif dan dukungan kebijakan akan menjadi kunci keberhasilannya.

Hunian Masa Depan di Pusat Kota

Flat house Menteng adalah bukti bahwa perumahan inovatif bisa lahir dari kolaborasi dan adaptasi cerdas. Dengan harga yang lebih terjangkau untuk kawasan elit, desain modern, dan lokasi strategis, proyek ini menawarkan solusi nyata bagi kelas menengah yang ingin tinggal di pusat Jakarta. Meski ada tantangan, seperti aksesibilitas bagi kalangan berpenghasilan rendah dan pemahaman tentang sistem koperasi, potensinya untuk berkembang sangat menjanjikan. Bagi Anda yang mencari hunian dengan nilai komunitas, keberlanjutan, dan kenyamanan urban, flat house Menteng layak masuk dalam daftar pertimbangan.

Apakah konsep seperti ini bisa menjadi masa depan perumahan di Indonesia? Hanya waktu dan dukungan kita bersama yang akan menjawabnya.